Tiba-tiba, kamu hadir dihadapanku. Menggenggam jari-jari kecilku. Memandangi mataku dengan matamu. Memberikan aku senyuman yang selalu aku rindukan. Bersamaku sepanjang hari.
Tatapan yang tegas namun sangat nyaman dan tulus, mampu membuatku masuk ke dalam duniamu. Jari-jari yang enggan merenggang, membuatku lupa akan dunia sekitar.
Namun, perih rasanya saat mengetahui bahwa semua itu hanya sebuah mimpi. Semua kebahagiaan itu semu. Dan begitu pula dengan kamu, semu.
Tapi semua tampak begitu nyata. Degupan kencang di dalam dadaku yang membuat semua terasa nyata. Menandakan bahwa kamu nyata di hadapanku.
Tuhan, bisakah Engkau memberi aku satu kesempatan? Untuk bisa bersamanya. Untuk bisa menebus segala penyesalanku. Untuk bisa mewujudkan sedikit dari mimpiku.
Tuhan, bisakah setidaknya Engkau sampaikan segala yang kurasakan selama ini kepadanya? Aku hanya ingin dia tahu. Bahwa rasa yang seharusnya hilang, tetap menetap di hatiku untuknya.

Rabu, 08 Mei 2013
Selasa, 07 Mei 2013
Bagiku, kamu adalah sebuah bintang. Bintang yang selalu memiliki sinar lebih dari pada ribuan bintang lainnya. Sehingga aku tak pernah bisa menyembunyikan kamu dari pandanganku. Kamu adalah bintang yang hadir dalam gelapku. Menemani gelapku sampai aku terlelap. Kamu adalah bintang yang membuat seulas senyum di bibirku saat melihatmu. Begitu tenang dan mengagumkan.
Tapi kamu juga sebuah bintang yang menyiksaku disaat kamu hadir bukan untukku lagi. Aku mencoba melupakanmu. Mengabaikanmu dari pandanganku. Saat matahari menemani, aku mampu melakukan semua itu. Namun saat langit menggelap, disaat kamu hadir kembali, usahaku terasa sangat sia-sia. Aku tetap hanya mengagumi dirimu, tanpa memperdulikan bintang lain yang terus menggoda untuk terlihat olehku.
Walau ku tahu kehadiranmu bukan lagi untukku. Tapi untuk wanita lain yang kamu minta untuk terus melihatmu diantara gelapnya malam. Dan aku yang tetap setia melihatmu diantara seribu bintang tanpa diminta pun sudah terabaikan olehmu. Tak peduli untuk siapa kamu hadir, aku tetap setia melihatmu dari sini diantara dingin dan gelapnya malam hari.
Tapi kamu juga sebuah bintang yang menyiksaku disaat kamu hadir bukan untukku lagi. Aku mencoba melupakanmu. Mengabaikanmu dari pandanganku. Saat matahari menemani, aku mampu melakukan semua itu. Namun saat langit menggelap, disaat kamu hadir kembali, usahaku terasa sangat sia-sia. Aku tetap hanya mengagumi dirimu, tanpa memperdulikan bintang lain yang terus menggoda untuk terlihat olehku.
Walau ku tahu kehadiranmu bukan lagi untukku. Tapi untuk wanita lain yang kamu minta untuk terus melihatmu diantara gelapnya malam. Dan aku yang tetap setia melihatmu diantara seribu bintang tanpa diminta pun sudah terabaikan olehmu. Tak peduli untuk siapa kamu hadir, aku tetap setia melihatmu dari sini diantara dingin dan gelapnya malam hari.
Jumat, 03 Mei 2013
Mengharapkanmu adalah hal terbodoh yang pernah kulakukan. Mengharapkanmu untuk hadir kembali disiniadalah harapan terbodoh, yang hanya akan membuatku merasakan perih pada luka yang kubuat sendiri. Bertetes-tetes air mata yang jatuh pun tak bisa membawamu kembali disini. Bahkan berbagai usaha pun terasa sangat sia-sia.
Aku memang sangatlah bodoh. Lihatlah aku. Menunggu masa lalu hadir di masa yang berbeda. Bermimpi bahwa semua cerita yang kubuat kelak akan menjadi kenyataan yang lebih membahagiakan. Meyakinkan diri bahwa kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan.
Ku buat hati ini melepaskanmu. Namun tak pernah bisa. Ingin aku memaki diri ini. Aku hanya harus melepaskanmu. Namun seperti ada perekat yang membuat hati ini sulit melepaskanmu.
Tapi kenapa harus kamu? Kamu yang acuh dan tak akan peduli. Ku lihat lautan lelaki di depan mata. Tapi hati tetap enggan memilih. Otak seolah memaksa mencari. Tetapi hati tidak mendukung.
Pernah terisi hati ini oleh seseorang. Namun tetap saja hati ini masih terisi olehmu.
Aku benci dengan diriku sendiri. Sudah mengetahui dampak, namun tetap melanjutkan. Melanjutkan keperihan yang sangat menyiksa.
Tuhan, bantu aku untuk melepaskannya. Membiarkan mata ini beristirahat untuk tidak mengeluarkan setetes pun air. Membiarkan otak ini berhenti memikirkan dirinya.
Aku mohon. Hatiku, lepaskan dia. Jangan biarkan dirimu terluka dan menahan perih karena ulahmu sendiri. Lepaskan dia. Biarkan dia pergi dengan apa yang sudah ditentukannya. Tolong biarkan organ lain beristirahat.
Maaf jika semua ini salah. Kebetulan yang kubuat. Perasaan yang seharusnya sirna. Dan juga hati yang tak ingin melepas. Takkan ku taruh harapan-harapan ini padamu. Biarkan harapan ini tertahan sampai aku bisa melepaskanmu.
Aku memang sangatlah bodoh. Lihatlah aku. Menunggu masa lalu hadir di masa yang berbeda. Bermimpi bahwa semua cerita yang kubuat kelak akan menjadi kenyataan yang lebih membahagiakan. Meyakinkan diri bahwa kamu bisa merasakan apa yang aku rasakan.
Ku buat hati ini melepaskanmu. Namun tak pernah bisa. Ingin aku memaki diri ini. Aku hanya harus melepaskanmu. Namun seperti ada perekat yang membuat hati ini sulit melepaskanmu.
Tapi kenapa harus kamu? Kamu yang acuh dan tak akan peduli. Ku lihat lautan lelaki di depan mata. Tapi hati tetap enggan memilih. Otak seolah memaksa mencari. Tetapi hati tidak mendukung.
Pernah terisi hati ini oleh seseorang. Namun tetap saja hati ini masih terisi olehmu.
Aku benci dengan diriku sendiri. Sudah mengetahui dampak, namun tetap melanjutkan. Melanjutkan keperihan yang sangat menyiksa.
Tuhan, bantu aku untuk melepaskannya. Membiarkan mata ini beristirahat untuk tidak mengeluarkan setetes pun air. Membiarkan otak ini berhenti memikirkan dirinya.
Aku mohon. Hatiku, lepaskan dia. Jangan biarkan dirimu terluka dan menahan perih karena ulahmu sendiri. Lepaskan dia. Biarkan dia pergi dengan apa yang sudah ditentukannya. Tolong biarkan organ lain beristirahat.
Maaf jika semua ini salah. Kebetulan yang kubuat. Perasaan yang seharusnya sirna. Dan juga hati yang tak ingin melepas. Takkan ku taruh harapan-harapan ini padamu. Biarkan harapan ini tertahan sampai aku bisa melepaskanmu.
Langganan:
Postingan (Atom)